Layakkah kami dengan sebuah pertolongan pertama?

Senin, 31 Januari 2011, Purwosari. Seperti biyasa jam pertama setiap sekolah pasti mengadakan upacara bendera. Tak ketinggalan pula sekolahku. Namun sayang. Pagi itu ku telat. Karena ku masih menunggu angkotan. Tak biyasa angkotan sesepi hari itu. Padahal setiap hari Senin, pkl. 6.45 bel jam pelajaran sudah dimulai untuk upacara bendera. Ditambah, topiku ketingalan di rumah.

“Waduh!”, dalam benakku.

“Gimana nch!”, kataku kepada temanku yang selalu berangkat sekolah bersama.

“Nyantai ja kale’!”, tanggap dia.

“Nyantai gimana!”, bentakku.

“Look! what time is it? kurang lima menit dah bel masuk. Sedangkan kita masih di sini! Gila lo ya! Klo dapet point nanti gimana!?”, jelasku.

“Biyasa ja kale’! Ga’ usah pake’ ngotot!”, dengan sinis ia menjawab.

Dan setelah itu kita berangkat. Parahnya, angkot yang kita tumpangi lama sekali jalannya.

Dalam hati ku berkata,”Wez… Alamat dapet point nch!?”

Dan sesampainya di sekolahan, ternyata benar apa yang ku pikirkan. Kita telat. Namun hebatnya temanku, ia masih bisa nyelip ke barisan. Saking pintarnya ngerayu penjaga gerbang mungkin ya…

Disitu, bagi para siswa yang telat dibuat satu barisan sendiri yang jaraknya cukup jauh dnegan lapangan upacara. Tak mengenal laki-laki atau perempuan, bagi para siswa yang telat mengikuti upacara di tempat khusus yang lokasinya cukup panas.

Pemandangan yang jarang sekali ku lihat tampak didepan mata. Bagaimana proses kegiatan upacara bendera dilakukan, terlihat jelas. Mulai dari gerak-gerik para siswa, suara tim paduan suaranya hingga tingkah laku para guru. Jadi ketawa sendiri melihat tingkah teman-teman yang ‘talk by their self’. Dan anggota tim paduan suara yang angop. Serta guru-guru ketika hormat tak sesuai dengan apa yang kudapatkan ketika MOS dulu. Dan tak luput dalam pandanganku pula yaitu tim PMR yang berada di belakang barisan peserta upacara yang selalu siap sedia membantu mereka jika para peserta yang tidak ‘sanggup’ tuk mengikuti upacara lagi. Keberadaan para tim PMR sangatlah membantu. yang kulihat waktu itu banyak sekali para peserta upacara yang jatuh pingsan sehingga perlu ditandu untuk dibawa ke ruang kesehatan. Keringat yang membanjiri kening mereka tak di hiraukan. Seluruh tenaga mereka berikan hanya untuk membantu. Sungguh pekerjaan yang mulia.

Namun bagaimana dengan ‘kami’? Para siswa yang telat? Apakah ada tim PMR yang menjaga ‘kami’? Apakah ada tandu di belakang kami? Sangat miris melihatnya. Mungkin para tim PMR di sekolahku ini terfokus pada satu titik saja. Tak menghiraukan ‘kami’ yang jauh lebih kepanasan dari pada mereka yang berada di lapangan upacara yang dikelilingin oleh beberapa pohin cemara. Walalu jumlah siswa yang telat waktu itu hanya sekitar 20 siswa, apakah ‘kami’ tidak layak mendapatkan perlakukan seperti itu? Apakah ‘kami’ berhak untuk sakit? Apakah ‘kami’ berhak tidak mengikuti upacara karena tidak sanggup tuk melanjutkan? Apakah ada tim PMR di belakang ‘kami’? Apakah ada tandu untuk ‘kami’? Hanya buku point yang siap sedia di belakang kami yang harus kami isi. Dan para guru yang menjaga kami. Apakah ini yang dinamakan seorang tim PMR? Hanya karena kami telat mengikuti upacara sehingga kami tidak mendapatkan perlakuakn seperti peserta upacara yang lain? Bolehlah ‘kami’ berada di tempat yang agak panas dari yang lain. Tapi apaka perlakukan pertolongan pertama tidak bisa kami rasakan? Hm…

“Begini ya ga’ enaknya jadi siswa yang telat”, sesalku dalma hati.

“Sudah kepanasan, ga’ ada perhatian dari tim PMR harus dapet point lagi!?”, tambahku.

Dan 0,5 pun ku kantongi karena ku telat di hari Senin, 31 Januari 2011. Biarlah ku mendapatkan point, dan ku bisa menulis ini. Dan biarlah pengalamanku tentang isi tulisan ini menjadi pengalamn penutup di bulan pertama di tahun 2011 ini.

About mzalim

Menapaki jalan seorang penulis adalah salah satu langkah terbesar dalam sejarah hidupku. Apalagi jalan yang ku pilih ini adalah amanat yang harus sepenuhnya digunakan untuk hal-hal yang positif.

Posted on Februari 1, 2011, in Uncategorized. Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Tinggalkan komentar